noonereceiving

No One Receiving podcast News

Mengapa Kita Terkadang Terlanjur Membentak Anak Begini Penjelasan Dr Aisah Dahlan

Mengapa Kita Terkadang Terlanjur Membentak Anak? Begini Penjelasan Dr. Aisah Dahlan

Dalam dunia parenting, salah satu perasaan yang paling sering dialami orang tua adalah penyesalan setelah terlanjur membentak anak. Perasaan tersebut muncul karena kita tahu, membentak bukanlah cara yang tepat untuk mendidik anak. Lalu, mengapa kita kadang tak bisa menghindari tindakan tersebut? Dr. Aisah Dahlan, seorang praktisi neuroparenting, memberikan penjelasan yang menarik mengenai hal ini dan bagaimana kita bisa memperbaiki pola asuh kita setelah kejadian tersebut.

1. Apa Itu Neuroparenting?

Neuroparenting adalah pendekatan dalam pengasuhan yang mengacu pada pemahaman cara kerja otak anak. Dalam neuroparenting, orang tua diajak untuk memahami perkembangan otak anak, terutama pada usia dini. Otak anak, menurut Dr. Aisah, memiliki berbagai program bawaan, seperti jenis kelamin, watak, dan bakat. Program ini berfungsi sebagai dasar bagi pengasuhan yang efektif. Dengan memahami bagaimana otak anak bekerja, orang tua bisa lebih bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan, dan perlakuan yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.

2. Mengapa Tindakan Membentak Bisa Terjadi?

Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak mereka. Namun, dalam kondisi tertentu, terutama ketika kita merasa lelah, frustrasi, atau khawatir, bisa saja kita terjebak dalam tindakan membentak. Dr. Aisah menjelaskan bahwa tindakan membentak sering kali terjadi karena kita, sebagai orang tua, tidak sabar atau tidak tahu cara yang tepat untuk merespons perilaku anak.

Penting untuk dipahami bahwa ketika seorang anak terlibat dalam perilaku seperti tantrum atau lari-lari yang mengganggu, mereka sebenarnya tidak sedang berusaha menyakiti kita. Anak hanya mencoba mengekspresikan emosinya. Jika kita membentak mereka, ini bisa menambah kekuatan dari memori negatif yang terekam di otak mereka.

3. Dampak Pembentakan pada Anak

Menurut Dr. Aisah, memori otak anak bekerja dengan cara yang sangat terhubung dengan emosi. Ketika anak mengalami peristiwa negatif seperti dibentak, otak mereka akan merekam momen tersebut sebagai memori yang sangat kuat, dengan neurotransmitter (lem dalam istilah neuroparenting) yang membuat ingatan itu semakin melekat. Lem ini, dalam istilah ilmiah, adalah jenis neurotransmitter yang terkait dengan emosi negatif seperti marah atau takut.

Read More  Yang Suka Micin, Baca Ini! Fakta dan Mitos MSG yang Harus Kamu Tahu

Semakin sering peristiwa ini terulang, semakin kuat pula ingatan anak tentang momen tersebut. Jika kita tidak melakukan langkah-langkah yang tepat setelah membentak, anak bisa terbawa rasa marah atau kesal, yang berpotensi merusak hubungan emosional mereka dengan kita. Oleh karena itu, penting untuk segera melakukan tindakan korektif setelah membentak.

4. Apa yang Harus Dilakukan Setelah Terlanjur Membentak Anak?

Dr. Aisah menekankan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan setelah membentak anak adalah meminta maaf dengan tulus. Meminta maaf bukan hanya untuk mengurangi rasa bersalah kita sebagai orang tua, tetapi juga untuk memberi contoh kepada anak tentang pentingnya bertanggung jawab terhadap tindakan kita.

Selain itu, Dr. Aisah menyarankan agar orang tua juga menjelaskan alasan mengapa mereka marah, dengan cara yang sesuai dengan usia anak. Misalnya, jika anak berlari-lari di rumah dan terjatuh atau menabrak sesuatu, orang tua bisa menjelaskan bahwa mereka marah karena khawatir anak terluka. Memberikan penjelasan ini membantu anak memahami bahwa kemarahan orang tua bukan untuk menyakiti mereka, tetapi untuk melindungi mereka.

5. Membangun Pengasuhan yang Lebih Baik dengan Neuroparenting

Neuroparenting mengajarkan kita untuk lebih mengenali bagaimana cara otak anak bekerja dan bagaimana memberikan pengaruh positif yang dapat membentuk karakter mereka. Pengasuhan yang baik tidak hanya mencakup memberikan kasih sayang, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai dan pola pikir yang sehat.

Dr. Aisah menekankan pentingnya untuk memahami watak, bakat, dan perkembangan emosional anak sejak dini. Setiap anak membawa program bawaan yang berbeda, dan tugas orang tua adalah mendampingi mereka dengan cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan memahami cara kerja otak anak, kita dapat menghindari reaksi berlebihan seperti membentak dan lebih fokus pada pembelajaran yang lebih positif.

Read More  Asian Value Indonesia

6. Kesimpulan: Tindakan Korektif dan Perubahan yang Positif

Membentak anak adalah hal yang seringkali terjadi dalam pengasuhan, terutama saat kita merasa tertekan atau frustasi. Namun, dengan pendekatan neuroparenting, kita bisa belajar untuk lebih memahami otak anak dan memberikan pengasuhan yang lebih efektif. Ketika kita terlanjur membentak anak, langkah pertama adalah meminta maaf dan menjelaskan alasan di balik kemarahan tersebut. Dengan cara ini, kita tidak hanya memperbaiki hubungan dengan anak, tetapi juga mengajarkan mereka tentang pentingnya introspeksi dan bertanggung jawab atas tindakan.

Melalui pemahaman tentang neuroparenting, kita bisa lebih sabar dan bijaksana dalam merespons perilaku anak, serta menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat dan sehat dalam keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *