noonereceiving

No One Receiving podcast News

Benarkah Generasi Sekarang ‘Selembek’ Itu Sebuah Perspektif Psikiater dan Realitas Kehidupan

Benarkah Generasi Sekarang ‘Selembek’ Itu? Sebuah Perspektif Psikiater dan Realitas Kehidupan

Apa Itu Generasi Selembek Tahu?

“Eh, study tour-nya ke Hongkong, loh!”
“Yah, sorry, aku ke Eropa.”
Lalu muncul si netizen di pojok, “Halah, ngomong aja pake judi online atau pinjol!”

Percakapan ini bukan sekadar banyolan receh, tapi mencerminkan fenomena unik di generasi kita: antara flexing, overthinking, hingga realita keuangan yang bikin stres. Di podcast seru ini, Dr. Elvin—seorang psikiater kawakan—mengupas tentang ekonomi yang makin menekan kesehatan mental kita. Yuk, kita bedah!


Middle Class yang Turun Kelas: Fenomena Expiring Middle Class

Dr. Elvin membuka cerita dengan fakta pahit: “Middle class di Indonesia itu ada yang mulai turun kelas.” Alias, kalau dulu bisa makan steak, sekarang mie instan aja untung. Stress? Sudah pasti. Tapi apa hanya mereka yang kere yang stres? Ternyata nggak juga.

Menurut Dr. Elvin, uang memang menentukan kebahagiaan, tapi tidak melulu soal kekurangan. Orang kaya pun sering datang berobat karena cemas mempertahankan kekayaan, hingga trauma karena kehilangan gaya hidup mewah mereka. Sisa 50 M kok hidup terasa sempit? Hmm… bisa jadi masalah mindset juga, ya.


Dunia Kerja: Antara Toxic Workplace dan Ekspektasi Over-the-Top

Kalau kamu sering dengar istilah toxic workplace, Dr. Elvin punya cerita menarik. Banyak pasien yang datang mengeluh, baik karena bosnya galak, rekan kerjanya julid, atau sistem kerjanya bikin burnout.

  • Ekspektasi Zaman Now: Generasi muda pengin work-life balance ala TikTok, tapi bosnya masih pakai mental “di zaman saya…” yang mengutamakan kerja keras tanpa banyak keluhan.
  • Realita Multitasking Berlebihan: Banyak pekerja kini harus mengerjakan tugas untuk 2-3 orang, padahal gaji hanya untuk satu orang. Overworked? Pasti. Tapi keluar dari pekerjaan, belum tentu lebih baik.
Read More  Asian Value Indonesia

Bos Stres dan Beban Karyawan: Siapa yang Lebih Berat?

Lucunya, bos pun ternyata nggak kalah pusing. Dr. Elvin bercerita tentang para pebisnis yang harus menghadapi dilema besar: mempertahankan 1.000 karyawan atau menyelamatkan bisnis?

“Kadang mereka sampai depresi berat karena nggak mau memecat orang yang sudah ikut membangun perusahaan sejak nol,” ujar Dr. Elvin. Ada sisi manusiawi yang jarang kita lihat dari para bos ini.


Generasi Kedua: Antara Gagal Meneruskan Warisan dan Minimnya Mentoring

Pindah ke dunia bisnis keluarga, fenomena menarik lainnya adalah kegagalan generasi kedua dalam meneruskan usaha orang tua. Kenapa?

  1. Kurang pengalaman kerja: Anak muda langsung dikasih posisi tinggi, tanpa paham proses kerja dari bawah.
  2. Minim mentoring: Orang tua sibuk pensiun, lupa mengajarkan cara mengelola bisnis.
  3. Mismanagement: Anak-anak ini sering terlalu kreatif tanpa memperhitungkan risiko.

Dr. Elvin menekankan pentingnya mentoring dan coaching sebagai kunci regenerasi bisnis yang sehat.


Dunia Kerja dan Mentalitas SDM Kita: Apa yang Salah?

Menurut Dr. Elvin, ada tiga hal utama yang bikin tenaga kerja kita kurang kompetitif:

  1. Motivasi rendah: Banyak yang cuma bekerja karena butuh uang, tanpa passion atau tujuan jangka panjang.
  2. Kurang adaptif: Dunia kerja penuh tantangan, tapi banyak yang gampang menyerah ketika menghadapi masalah.
  3. Ekspektasi yang tidak realistis: Beberapa pekerja lupa bahwa pengalaman kerja adalah investasi, bukan hanya soal gaji.

Solusi? Mulai dari Mental Health di Dunia Kerja

Dr. Elvin juga mengungkap betapa pentingnya peran perusahaan dalam menjaga kesehatan mental karyawan. Apa saja yang bisa dilakukan?

  1. Pemeriksaan mental sebelum bekerja: Seperti cek kepribadian dan potensi gangguan emosional.
  2. Mentoring dan coaching: Agar karyawan tahu bagaimana menghadapi tekanan kerja.
  3. Konseling rutin: Untuk mendeteksi dini masalah seperti depresi, kecemasan, atau bahkan burnout.
Read More  Peluang Lolos Piala Dunia: Timnas Indonesia Hadapi Rintangan Berat, Tapi Semangat Tidak Padam

Akhir Kata: Apakah Generasi Kita Benar-Benar Selembek Itu?

Kita hidup di zaman yang penuh tantangan, baik dari sisi ekonomi, budaya kerja, maupun kesehatan mental. Label “generasi selembek tahu” mungkin hanya stereotip, tapi ada pelajaran besar di balik semua ini: keseimbangan antara adaptasi, motivasi, dan kesehatan mental adalah kunci untuk bertahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *